0
Penemu dan sejarah email
Posted by Rrshnaz
on
20.55
Ray Tomlinson Penemu Surat Elektronik (E-mail)
Tiga, atau mungkin empat kali dalam sejarah kontemporer, sebuah teknologi baru diperkenalkan lalu akhirnya mampu mengubah kehidupan manusia secara mendasar, melalui perubahan cara berkomunikasi antar umat manusia. Kebanyakan, momen ketika teknologi baru ini mencuat ke permukaan kerap menjadi sebuah cerita yang dramatis dan mencengangkan. Bahkan, tak terlupakan hingga kini.Pertama adalah Samuel B Morse dengan penemuan telegram. Pesan telegram perrtama yang terkirim pada 24 Mei 1844, menulis sebuah pesan penuh makna “Sesungguhnya hebat apa yang telah Tuhan tulis!”, dan Morse menyadari ia memang tengah membuat sejarah.
Lantas, bangkitlah apa yang disebut sebagai era telefon, dengan Alexander Graham Bell sebagai sang pionir. Pesan legendarisnya kepada sang asisten pada 10 Maret 1876, berbunyi “Tuan Watson, kemarilah. Saya ada perlu dengan Anda!”.
***
Agaknya, orang juga bakal memandang bahwa pesan dalam surat elektronik (e-mail)
pertama — yang juga dipandang sebagai penemu besar abad ini dalam
bidang komunikasi– tentu mengandung substansi yang sama bernilai
sejarah. Minimal, kata-kata yang disampaikan dibuat dalam gaya bahasa
yang “menggelepar”, sebagaimana juga tergambar pada deskripsi diatas.Tapi, coba tanyakan kepada Ray Tomlinson, sang insinyur komputer yang pertama kali mengirimkan pesan lewat e-mail, pada akhir 1971. “Saya mengirimkan sejumlah pesan untuk diri saya sendiri melalui sebuah mesin ke mesin yang lain. Saya hampir lupa isi semua pesan-pesan itu. Tapi, kemungkinan besar teks pesan pertama itu adalah QWERTYIOP atau mirip-mirip itulah,” ungkap Tomlinson, menceritakan bagaimana saat pertama mampu mengirimkan pesan elektronik itu.
Apakah pesan “QWERTYIOP” akan juga masuk buku sejarah, sebagai pesan yang termasuk rangkaian pencapaian besar dalam revolusi komunikasi? Agaknya sulit mengambarkan itu, sesulit juga menemukan nama Tomlinson dalam benak publik saat ini. Padahal, dialah sejatinya penemu e-mail tersebut, yang menurut banyak kalangan termasuk pencapaian penting dan revolusioner dalam teknologi informasi.
Dialah juga yang tanpa sengaja begitu saja memilih simbol @ sebagai penanda alamat surat elektronik, dibelakang nama si pengirim atau penerima pesan, Hanya saja, tak seperti penemuan penting di abad lalu yang langsung memashurkan nama penciptanya, tak demikian dengan Tomlinson. Namanya jauh tak dikenal, ketimbang penggunaan e-mail yang kini sudah menjadi sarana komunikasi global yang paling murah.
Penemuannya sendiri bermula di akhir 1971. Saat itu, ia bekerja untuk Cambridge, Mass di bawah naungan BBN Technologies, sebuah perusahaan yang mengembangkan ARPANET – forerunner untuk internet.
Ia saat itu tengah mengerjakan program yang disebut SNDMSG (send message) yang kemungkinan pengguna komputer yang sama bisa meninggalkan pesan satu sama lain. Atau sistem e-mail dengan jenis komputer tunggal. Ketika itu, ia mencoba sebuah program transfer (CYPNET) yang memungkinkan pengguna komputer mengirimkan file, untuk mengarahkan komputer terhubung dengan ARPANET.
Tomlinson kemudian berpikir bahwa jika ia menggabungkan SNDMSG dan CYPNET berbarengan, ia mungkin bisa mengirim pesan ke kotak pos elektronik lain dalam sebuah jaringan, semudah mengirimkan file. “Lurus begitu saja, ibarat dua buah ide yang datang berbarengan pada saat yang sama,” katanya.
Salah satu pertanyaan yang kemudian mengarahkan Tomlinson pada eksperimen lain mengenai e-mail adalah bagaimana membedakan pesan-pesan yang diarahkan keluar jaringan dan pesan lain yang dialamatkan ke banyak pengguna komputer pada sebuah kantor. Ia terus mempelajari keyboard komputer yang tak langsung terkait dengan nama orang serta bukan sebuah angka.
Akhirnya sampailah ia pada penggunaan simbol @ sebagai petunjuk alamat sang pengguna e-mail. “simbol ini mewakili tempat dan hanyalah sebuah preposisi pada sebuah keyboard,” katanya. Kendati kenyataan membuktikan keputusan penggunaan simbol @ ini membawa dampak yang global, toh ia mengakui bahwa penemuannya dihasilkan “hanya dari berpikir tak lebih dari 30 atau 40 detik.”